Feby Dwi Sutianto - detikOto
Chairman Infrastructure Partnership and Knowledge Centre Harun Al Rasyid Lubis mengatakan, dengan kondisi sekarang banyak biaya sosial yang dihabiskan di jalanan. Mulai dari biaya BBM, hingga biaya kesehatan yang diakibatkan oleh polusi udara.
"Di Jakarta, sebanyak 5-10% penghasilan keluarga dihabiskan untuk transportasi, dan dibutuhkan US$ 100 juta untuk biaya pengobatan ISPA (gangguan reproduksi, kanker, paru-paru, serta perubahan genetic) yang disebabkan emisi kendaraan," ungkap Harun di acara diskusi Forum Wartawan Kementerian PU, di Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Selasa (18/12/2012).
Dia mengakumulasi seluruh kerugian sosial yang ditimbulkan akibat pemborosan BBM dan pencemaran lingkungan dari kemacetan di Jakarta ini mencapai Rp 68 triliun/tahun.
"Saya mencoba untuk memprediksi kembali estimasi biaya sosial kemacetan di Jakarta itu Rp 68 triliun/tahun atau Rp 186 miliar/hari," katanya.
"Di tahun 2003 itu Rp 17,2 triliun," imbuhnya.
Tak hanya di Jakarta, Harun mengatakan, kemacetan pun terjadi di kota-kota besar lain. Dia mencontohkan masyarakat kota Bandung pada tahun 2012 mengalami kerugian akibat kemacetan mencapai Rp 5 triliun/tahun atau Rp 14 miliar/hari.
"Di mana-mana kemacetan itu ada, di luar negeri pun ada. Namun bedanya kota-kota besar di luar negeri itu kemacetannya bisa dikendalikan, di kita nggak," tegasnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Tol Indonesia, Fatchurahman mengatakan, tak hanya kerugian materi, namun waktu pun seakan terbuang sia-sia akibat macet ini.
"Yang biasanya perjalanan 15 menit, ini jadi 2 jam," katanya.
sumber: Detik.com
0 komentar:
Posting Komentar